Senin, 16 April 2012

APAKAH GAJAH MADA SIMBOLISASI ORDE BARU


Bagian I Latar Belakang Kisah Gajah Mada

Gajah Mada berasal dari seorang pemimpin pasukan dengan pangkat begelen atau lurah prajurit, yang kemudian menyelamatkan raja Majapahit Sri Jayanagara ketika terjadi pemberontakan Ra Kuti, dilarikan ke daerah sekitar Lumajang. Setelah melakukan penyusunan kekuatan, kemudian berhasil merebut kembali kekuasaan Majapahit yang ibu kota kerajaan sempat dikuasi oleh pasukan pemberontak yang dipimpin Ra kuti.


Setelah itu Gajah Mada diangkat menjadi patih di kerajaan bawahan Majapahit yaitu Daha, dilanjut menjadi patih di Jenggala  dan akhirnya diangkat menjadi Maha Patih di kerajaan Majapahit. Gajah Mada berhasil menumpas pemberontakan dibeberapa daerah kerajaan bawahan kerajaan Majapahit juga, yaitukerajaan Sadeng dan Keta, dilanjut dengan invasi terhadapa ke kerajaan Bali. Ketika diangkat atau dinobatkan menjadi maha patih di kerajaan Majapahit, disitulah Gajah Mada mengucapkan sumpah yang terkenal dengan sebutan "Sumpah Palapa".

Cerita asal mula karier Gajah Mada, mulai dari begelen pasukan Majapahit sampai mengucapkan Sumpah Palapa yang sebelumnya diselingi dengan kisah penyelamatan raja Sri Jayanagara, dan itulah sebenarnya yang dikisahkan oleh kitab Pararaton, dengan catatan tidak ada sumber sejarah lain yang mengatakan hal yang sama atau mendukung kisah itu.

Bagian II Hasil Analisa Kitab Pararaton

Hasil analisa dari kitab Pararaton berdasarkan asal usul pembuatan kitab, didapat beberapa kesimpulan yaitu bahwa kisah Ken Arok, perang Bubat dan Sumpah Palapa adalah dusta atau kebohongan sejarah, dengan tujuan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa oleh kaum penjajah Belanda dalam rangka menggalkan terwujudnya persatuan dan kesantuan bangsa dengan simbolisasi Sumpah Pemuda.

Dua suku bangsa besar yang merupakan pondasi kesatuan bangsa ini, mereka diarahkan untuk saling besetru, bermusuhan, dan akhirnya perang dingin berkepanjangan yaitu Jawa disimbolkan oleh kerajaan Majapahit dan Sunda disimbolkan oleh kerajaan Sunda Galuh, dengan akhir tragedi tercipta kisah perang Bubat sebagai issue yang dilemparkan ke publik.

Kisah Ken Arok hanya sebagai alasan, lebih kearah pembenaran bahwa memang ada asal usulnya kalau kelicikan atau praktek mensiasati alias tipu daya itu di lakukan oleh orang-orang Kerajaan Majapahit yang seoalah-olah dilakukan secara turun temurun sifat seperti itu, sebab Sri Rajasa Sang Anurwabhumi alias Ken Arok sebagai raja pertama dari Wangsa Rajasa, cikal bakal dari raja-raja kerajaan Majapahit.

Sri Rajasa sendiri awalnya dikisahkan sebagai seorang kriminal, brutal dan yang berhasil merebut kekuasaan dari kerajaan yang ada pada waktu itu yaitu Kediri yang sebelumnya ada komplik perebutan kekuasan wilayah Tumapel (versi kitab Pararaton) dan mendirikan kerajaan sendiri yaitu Tumapel (Singhasari, versi kitab Pararaton).

Alasan  langsung supaya terjadinya perang Bubat adalah dengan adanya keterikatan Sumpah Palapa yang dilakukan Gajah Mada, ini alibi yang harus dipersalahkan, merupakan sebab yang pas untuk alasan timbulnya perang tersebut, dengan Gajah Mada sebagai kambing hitamnya.

Dalam sejarah kekuasaan Kerajaan Majapahit, hanya ada 2 kerjaan yang tidak tidak tercatat sebagai kerajaan taklukan, yaitu kerajaan Sunda Galuh dan Madura.

Kalau kerajaan Majapahit memperlakukan kerajaan Sunda Galuh seperti dalam cerita perang Bubat, berarti double standard atau standar ganda, soalnya dengan Madura juga mereka punya hubungan sejarah yang kental, begitu juga dengan kerajaan Sunda Galuh. Terlebih Sunda Galuh adalah kerajaan adidaya pada waktu itu, kemungkinan ada deal-deal politik bisa saja terjadi.

Lantas apa motifnya kitab Pararaton menceritakan kisah yang tidak ada dalam sumber sejarah lain, yaitu proses penyelamatan raja Majapahit dalam arti luas menyelamatkan keutuhan kerajaan atau negara Majapahit, dengan latar belakang Gajah Mada dari prajurit tingkat menengah, tiba-tiba menyelamatkan raja. Cerita itu kelihatan realistis sekali dibuat dengan alur yang masuk logika dari setiap tahapanya, sehingga seorang prajurit menengah bisa berkarier menjadi seorang pejabat negara yang disegani dan malahan mempunyai peran dominan dalam menentukan kebijakan negara pada akhirnya.

Bagian III Kemiripan Kisah Gajah Mada dengan Awal Berdirinya ORBA

Ini sepertinya kisah yang disisipkan, atau kisah yang terasa mirip, kisah yang menjadi simbol atau perlambang bagi yang lainya, dan bisa jadi didasari oleh suatu kepentingan. Cerita sejarah dimasukan pasti ada motif tertentu, kalau ternyata itu suatu yang tidak benar dan kisah Gajah Mada mulai awal berkarier sampai akhirnya menjadi Maha Patih di Majapahit hanya baru satu sumber yaitu kitab pararaton yang mengkisahkannya.


Pertanyaannya, atas dasar kepentingan apa cerita itu dibuat atau semisalnya terjadi penyisipan, siapa atau pihak mana yang mempunyai kepentingan atas alur dan nuasa cerita itu, terlebih maksud dan tujuannya apa? Sekali lagi pertanyaan ini berlaku kalau memang cerita itu cerita yang tidak pernah terjadi.

Kitab Pararaton yang ada sekarang dijadikan referensi sejarah menurut informasi bahwa kitab itu terakhir dicetak dengan metoda atau tehnik pres yaitu tahun 1966, walau pun tetap identitas si pembuat menunjukan tahun saka sekitar abad ke-16.

Petikannya seperti ini “



Pada tahun 1966 juga adalah masa terjadinya pergolakan politik di Indonesia, masa-masa peralihan, yang ditandai dengan kisah pemberontakan atau kudeta Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan peristiwa yang terkenal dengan sebutan G 30 S /PKI karena awal terjadinya tanggal 30 September tahun 1965, yang penumpasannya oleh Letnan Jenderal (Letjen) Suharto(red, Presiden RI ke-2) dan juga kisah Surat Perintah 11 Maret (Supersemar)pada tahun 1966.

Pada waktu itu (1966) Presiden Soekarno diceritakan diungsikan, karena ada kekuatan militer yang mengepung istana ketika terjadi sidang kabinet. Penyelamatan pun segera dengan evakuasi yang dilakukan dilakukan dari Istana Merdeka ke Istana Bogor. Tapi kemudian kembali lagi setelah mendapatkan laporan bahwa kondisi kemanan sudah dipulihkan, dan diterangkan bahwa hal tersebut karena terjadi miss komunikasi antar pasukan.

Setelah itu dengan mandat Supersemarnya, Letjen Suharto memegang kendali penuh atas operasi pengamanan dan pemulihan kemanan negara. Proses berlanjut terus yang akhirnya Letjen Soeharto menjabat sebagai presiden semetara mengantikan sementara Presiden Sukarno yang diangkat oleh MPR Sementara pada tanggal 12 Maret 1967 dan pada tahun 1968 resmi menjadi presiden menggantikan Presiden Soekarno, kemudian dilanjut lagi berdasarkan hasil pemilu, ditetapkanlah oleh MPR pada tahun 1973 menjadi presiden kembali dan setrusnya.

Kondisi Presiden Soekarno pada tahun kisaran 1965-1968 waktu itu secara politik pengaruhnya memang sudah sangat melemah. Banyak ketidakpuasan dari berbagai pihak dan elemen masyarakat, terlebih dari lawan politiknya.

Sri Jayanagara alias Kalagemet, Kalagemet sendiri adalah nama lain dari Sri Jayanagara raja Majapahit setelah Raden Wijaya, menurut kitab Pararaton.Kalagemet mempunyai arti manusia yang lemah dalam arti kepemimpinan, sifatnya yang tidak tegas, banyak terpengaruh oleh orang-orang disekitarnya. Kitab Pararaton sendiri menceritakan pula tentang kebiasaan Sri Jayanagara ini tentang kesukaannya terhadap lawan jenis secara urakan. Menurut rumor presiden pertama bangsa nusantara ini juga mempunyai kebiasaan dan sikap yang hampir mirip, kebenaran rumor-rumor ini sendiri tidak bisa dipertanggungjawabkan, bisa jadi ini hanya lemparan issu dari pihak lain atau lawan politiknya, dalam komplik politik segalanya bisa terjadi, walau pun menembus batas-batas diluar kemanusiaan, sikap yang harus dilakukan untuk menanggapi issu-issu semacam itu adalah selalu mengedepankan azas praduga tak bersalah.

Dalam film G 30 S/PKI versi jaman orde baru, yang selalu ditanyangkan setiap tanggal 30 September, setiap tahun tentunya pada masa itu, yang sekarang tidak pernah terulang lagi, terdapat kisah sebelum peristiwa pemberontakan PKI, Presiden Soekarno menderita sakit sehingga harus mendatangkan dokter dari negeri Cina.

Sri Jayanagara sebelum terjadi pemberontakan, dikisahkan dia juga mengalami sakit bisulan (red, semacam sfillis) akibat kebiasaanya itu dan kisah selanjutnya adalah proses pencobaan pembunuhan oleh seorang tabib bernama Tanca, dan akhirnya dikisahkan bahwa si tabib dibunuh oleh Gajah Mada karena ketahuan akan niatnya.

Ra Kuti adalah abdi dalam istana yang memberontak setelah mempengaruhi sebagian angkatan pasukan tentara kerajaan Majapahit lainnya. PKI pun dikisahkan sudah membentuk angkatan ke 5 dari para petani dan buruh yang dipersenjatai. Dua-duanya berhasil menguasai ibu kota negara dengan mempengaruhi angkatan lainya dalam tubuh pasukan militer.

PKI berhasil membujuk oknum angkatan udara serta pasukan elit pengawal presiden. Artinya sama-sama pemberontakan itu berasal dari orang dalam dari lingkungan istana bahkan dekat dengan raja kalau kisah pemberontakan Ra Kuti, dan yang dekat dengan presiden kalau dalam kisah G 30 S/PKI.

Didalam kitab Negara Kertagama tidak disinggung sedikitpun kisah pemberontakan Ra Kuti dan Sri Jayanagara tidak pula mempunyai kisah aneh-aneh. Biasa saja dalam menjalankan tugas kerajaannya sebagaimana mestinya.

Gajah Mada diceritakan oleh oleh kitab Negara Kertagama tiba-tiba muncul menjadi mahapatih di kerajaan Majapahit, sedang asal usulnya tidak diketahui. Ketiadaan informasi inilah merupakan celah lebar untuk menyisipkan cerita didalamnya. Satu hal bahwa kalau Gajah Mada berasal dari prajurit menengah, lantas tiba-tiba menjadi Mahapatih, tentunya harus ada alasan yang mendasar, karena secara organisasi militer itu tidak mungkin. Terlalu banyak yang dilompati. Dasar pembenarannya yaitu dengan tindakan penyelamatan raja, dalam arti luasnya penyelamatan kerajaan, supaya diakui oleh masyarakat kerajaan.

Letjen Soeharto dengan langkah-langkah yang dilakukan dalam beberapa peristiwa berhasil secara gemilang, dan dalam tempo singkat berhasil menjabat sebagai pejabat presiden sementara, lantas kemudian menjadi presiden penuh. Tentunya ada beberapa level jenjang kemiliteran yang dilompati. Tidak ada yang salah memang, hal itu bisa saja terjadi, tetapi untuk memberikan kenyamanan dan ketentraman harus ada suatu efek sentuhan psikologi masyarakat, ada praduga bahwa dua cerita ini ada kemiripan.

Bagian IV Penutup

Kemiripan alur cerita ini, bisa jadi kebetulan. Kalau mau dimiripkan juga kelihatannya bisa, artinya Gajah Mada bisa diumpamakan sebagai simbolisasi atau perlambang dari pembenaran dari kisah proses perjalalanan terbentuknya orde baru, atau juga cerita yang dibuat mirip. Kisah ini bisa jadi yang satu tergantung yang lain, bisa cerita yang satu didasari atas yang lain, hubungan bolak balik.

Tidak ada efek langsung memang atau pun proses pembenaran untuk sesuatu masalah yang ditutup-tutupi kalau pun misalnya menjadi perlambang, tapi ini mungkin hanya sekedar propaganda untuk cipta kondisi, sehingga menimbulkan efek psikologis masyarakat, bahwa memang dalam sejarah sudah ada contoh hal tersebut. Mungkin bisa jadi atas dasar ada kepentingan besar yang harus diselamatkan, kalau pun itu memang terjadi, kesatuan dan persatuan bangsa itu yang lebih utama. Sehingga desas-desus proses peralihan yang dicurigai sebagai pengambilalihan kekuasaan, yang bisa jadi menimbulkan  konflik horizontal, oleh sebagian kalangan dapat diredakan.

Cerita ini silakan ditafsirkan sendiri oleh pembaca yang budiman, atau silahkan menjustifikasi masing-masing tentang kebenaran dari logika cerita ini dan mudah-mudah cerita ini tidak benar. Kalau pun benar tidak ada yang patut dipersalahkan, bisa saja semua berawal dari niat baik, bisa jadi pihak para pelaku orba juga tidak paham tentang perubahan cerita itu, bisa jadi ada pihak ketiga yang mempunyai niat baik untuk menjaga keutuhan bangsa. Segala kemungkinan selalu ada dan bisa terjadi termasuk cerita atau kisah Gajah Mada itu pun tidak bisa dipandang salah, selama pembuktian sejarah masih belum ada, sekali lagi selalu kedepankan azas praduga tak bersalah.

Referensi :


1                                        http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/
                http://id.wikipedia.org/wiki/ 
                                                                                      http://www.inijalanku.com/sipilis-dan-obatnya.html