BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa Arab sebagai sebuah bangsa yang terkenal dengan kemampuan yang luarbiasa dalam menggubah sya’ir, dan sya’ir-sya’ir mereka diperlombakan, kemudianpemenang dari perlombaan tersebut akan mendapatkan penghormatan dengandigantungnya karya yang telah dihasilkan pada dinding Ka’bah. Melalui tradisi sastra inilahdiketahui beberapa peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi. dan nilai-nilai yangmeyertai peristiwa penting itu juga mereka abadikan melalui kisah, dongeng, nasab,nyanyian, sya’ir dan sebagainya.
Demikian juga dengan para sejarawannya, mereka berusaha merekam setiapperistiwa penting yang terjadi, dan mereka senantiasa eksis dengan masalah-masalahrelevan untuk dikaji yang mereka suguhkan. Karena itu mempelajari, menelaah danmerenungkan masalah-masalah yang mereka kemukakan tetap urgen terutama dalamrangka menanggulangi problem nyata yang kita hadapi. Ide-ide para sejarawan dan pemikir muslim, seperti, Ibnu Ishaq, at-Thobari, al Mas’udi, al-Biruni dan Ibnu Khaldun, serta parasejarawan lainnya. Pemikiran mereka dengan konpleksitasnya telah berusia berabad-abad, namun tetap saja eksis untuk dikaji dan diteliti, maka dalam makalah ini, penulis akan fokus membahas Penulisan Sejarah Islam Klasik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. A. Sejarawan Muslim Era Klasik dan Pertengahan
a. Al Thabari
Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir At Thobari. Kahirdi Amul, Tharabaristan tahun 224 H/839 M dan wafat di Baghdad tahun 310 H/923M.Ia adalah seorang sejarawan besar, ensiklopedis, ahli tafsir, ahli Qiroat, ahlihadits dan ahli fiqih. Pada usia tujuh tahun ia telah hafal al Qur’an.
Metode Sejarah At Thabari[1]
1. informasi yang disampaikannya senantiasabersandar pada riwayat, setiap informasi yang disajikannya di dalam kitab sejarhnya disandarkan kepada para perawi. Dia berpendapat bahwa sejarawan tidak otentik apabila hanya bersandar kepada logika dan kias. Karena disandarkan hanya kepada perawinya, maka di dalam kitabnya ini banyak ditemukan informasi yang berbeda-beda tentang peristiwa-peristiwa yang sama. Dalam hal ini al-Thabari sendiri membiarkan para pembaca untuk menyeleksi, menilai, dan memilih-milih informasi yang disajikan.
2. menyebtkan sanad hingga sampai pada tangan pertama, sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli hadist dalam meriwayatkan hadist-hadist Rosulullah saw
3. sistematika penulisan sejarahnya sesuai kronologisnya (menggunakan metodehauliyat).
4. informasi sejarah yang tidak diketahui tahunnya ditulisnya dengan menggunakanmaudhui (tematik)
5. menyajikan teks-teks sastra seperti syait dan pidato
b. Al Mas’udi
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali Ibn Husayn Ibn Ali. Ia adalahsejarawan dan ahli geografi, ahli geologi, ahli zoologi, ilmu kalam dan sebagainya.
Dalam penulisan sejarah[2] dimasanya yang mayoritas menggunakanpendekatan tahun, justru al Mas’udi telah menggunakan pendekatan tematik. Tematemanyabertolak dari :
1. bangsa-bangsa
2. raja-raja
3. dinasti-dinasti.
Dalam pemaparan sejarah ia menyajikannya dengan sangat menarik, diramudengan peristiwa-peristiwa politik, peperangan dan informasi tentang masyarakat danadat istiadanya. Disamping pembahasan geografis yang bernilai tinggi. Dalam halgeografis ini banyak sejarawan yang mengikuti langkahnya termasuk Ibnu Khaldun[3].
c. Al Biruni
Nama lengkapnya adalah Abu Rayhan Muhammad bin Ahmad al Biruni alKhawarizmi. Lahir di Khawarizm, turkmenia pada tahun 363 H dan wafat di Ghaznapada tahun 448 H. Pada masanya ia termasuk ulam besar yang menguasai ilmu-ilmusejarah, matematika, fisika, ilmu falak, kedokteran, ilmu-ilmu bahasa, geologi,geografi dan filsafat[4].
Dalam penulisan sejarah[5], ia memulainya dengan :
1. wawancara terhadap ahlul kitab, penganut sekte-sektenya dan orang-orang yangmemiliki pengetahuan tentang masalah yang diteliti.
2. jawaban dari wawancara yang diadakan dijadikan sebagai dasar pertama
3. hasil wawancara dibandingkan antara satu dengan wawancara yang lain
4. lalu dengan kekuatan rasio maka diadakanlah kritik sehingga dapat diketahui yangmana yang benar dan yang mana yang diragukan kebenarannya.
Cara ini diakui oleh al Biruni adalah jalan yang sulit, apalagi jika yangditeliti berkenaan dengan zaman yang sudah lama berlalu. Ia berkata ”jalan yang sayatempuh dalam penelitian untuk ini bukanlah dekat dari sumbernya, sehingga karenademikian jauh dan sulitnya, bisa jadi tidak mencapai sasaran. Apalagi informasi yangsaya terima sdah bercampur dengan kebathilan yang sangat banyak. Namun, sejauhyang dapat dikerjakan adalah menganggap informasi tertentu sebagai informasi yangbenar, apabila tidak ada bukti langsung (syawahid) ata tidak langsung (Qorinah)bahwa informasi itu salah.
d. Ibnu Khaldun
Nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn AbiBakr Muhammad ibn al-Hasan Ibn Khaldun. Lahir pada 27 Mei 1332 di Tunisia danmeninggal 17 Maret 1406 di Kairo, Mesir[6].
Kondisi Masyarakat Islam Masa Ibnu Khaldun
Era Ibnu Khaldun hidup dipandang dari segi sejarah Islam adalah era kemundurandan perpecahan. Beberapa abad sebelumnya semenjak abad ke-8 sampai sekitar abad 12dan 13, Arab pernah dijuluki “mukjizat Arab”[7]. Tokoh Ibnu Khaldun digambarkan sebagaitokoh budaya Arab-Islam yang paling kuat dimasa kemundurannya.
Dimasa hidup Ibnu Khaldun, di Afrika Utara bagian Barat tepatnya Maghrib, tempat Beliau lahir dan malang melintang dalam bidang politik aktif terdapat tiga buahnegara yang selalu berperang antar sesamanya.masing-masing berusaha menghancurkanpihak lain. Ketika itu perpindahan loyalitas dari negara Islam yang satu kepada negaraIslam yang lain tidak diangggap sebagai hal yang luar biasa. Hal yang demikianmenimbulkan penafsiran pada sebagian pemerhati politik Ibnu Khaldun bahwa ia tidakmengenal loyalitas dan bersifat sangat oportunis.
Sementara itu Di Eropa telah tanpak tanda-tanda perubahan dan kebangkitan, suatusuasana yang bisa langsung dirasakan oleh Ibnu Khaldun sendiri. Abad ke-13 di Eropadidominasi para pemikir konstruktif positif, masa para ahli teologi dan filosof spekulatif.Saling kritik dalam sebuah masalah menjadi sebuah fenomena baru yangmembangun, meskipun demikian mereka tetap menerima prinsip-prinsip metafisis yangmendasar. Mereka juga mempercaya bahwa otak manusia memiliki kemampuan untukmelampaui dunia fenomena ini dan mencapai kebenaran metafisis. Karena itu abad ke-13itu juga merupakan abad yang sangat menonjol dibidang intelektual, karena di waktu itudisadari adanya sintesa antara rasio dan keyakinan atau antara filsafat dan teologi.
Pada abad ke-14, di Barat terjadi kecendrungan kuat kalangan penguasa sipil untukmenegaskan kemandiriannya dari Gereja. Dari abad inilah dimulainya sejarah timbulnyanegara-negara nasional yang kuat yang kemudian menjadi ciri yang sangat penting daribentuk negara di Eropa setelah masa abad pertengahan. Proses sentralisasi kekuasaan itudipercepat juga oleh peristiwa pengasingan para Paus yang berasa di Avignon antara tahun1305-1377.
Jadi, apabila abad ke-13 digambarkan sebagai abad pemikir kreatif dan orisinal,maka abad ke-14 adalah abad timbulnya berbagai mazhab yang saling berbeda pendapat.Sedangkan dipandang dari segi kehidupan universitas, terutama di Paris merupakan abadberkembangnya sains.Ibnu Khaldun sendiri telah menyadari fenomena ini, dalam al-Muqoddimah, Beliaumenulis:
Demikianlah dimasa sekarang ini telah sampai berita-berita kepada kami bahwailmu-ilmu filsafat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di negeri Franka(Ifranjah), di tanah Roma dan daerah-daerah bagian utara yang berdekatandengannya. Teori-teoraninya telah diperbaharui kembali, tempat-tempatmempelajarinya banyak sekali, buku-buku serba mencakup dan dan terdapat dalamjumlah yang memadai, sedangkan orang-orang yang mempelajarinya juga sangatbanyak jumlahnya. Hanya Tuhanlah yang lebih tahu tentang apa sebenarnya yangsedang terjadi. Ia menciptakan dan memilih apa saja yang dikehendaki-Nya.
Sementara Di Afrika Utara kampung halaman Ibnu Khaldun dibesarkan, terjadiperkembangan politik yang sangat pesat. Ketika itu Imperium al-Muwahhidun baru sajapecah dan berdirilah sejumlah negara-negara kecil, Di Tunis terdapat Emirat Bani Hafs(1228-1574). Di Tlemsen dan Di Barbaria Tengah berdiri Emirat Bani Wad. Di Marokoterdapat kerajaan Bani Marin (1269-1420). Di Mesir Mamluk tengah berkuasa (1250-1517), pada masa itu juga terdapat Imperium Timurlane yang usianya dan masa hidupnyahampir sama dengan Ibnu Khaldun. Mereka sempat bertemu pada tahun 1401 di luardinding kota Damaskus. Suatu pertemuan yang sangat bersejarah.
Di Iran masa Ibnu Khaldun adalah sama dengan seorang penyair dari Syiraz (1320-1389), demikian juga seorang ahli sejarah yang bernama Nizamuddin Syami, yang pernah menulis tentang sejarah pemerintahan Timurlane pada tahun 1401. selain mereka, IbnuKhaldun menulis beberapa nama penulis Arab diantaranya: Ibnu Battuta yang tak pernahbertemu (1304-1369), demikian juga seorang ahli Ilmu Bumi, Umary (1349)- Mesir dariSuriah, dan al-Maqrizi mendapatkan kesempatan duduk dalam kelas yang diajar oleh IbnuKhaldun di al Azahar.
Metode Sejarah Ibnu Khaldun
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarawan dan sebab-sebabkesalahan dalam penulisan sejarah.
a. Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Seorang Sejarawan
1. memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip politik, watak segala yang ada, perbedaan bangsa-bangsa, tempat-tempat dan priode-priode dalam hubungannya dengan sistem kehidupan, nilai-nilai akhlak, kebiasaan, sekte-sekte, mazhab-mazhab, dan segala ihwal lainnya. Selanjutnya iapun perlu memiliki pengetahuan tentang situasi-situasi dan kondisi mendatang dalam semua aspeknya.
2. harus mampu mmbandingkan kesamaan dan perbedaan kini dengan masa lalu.
3. harus mampu mengetahui keadaan dan sejarah orangorang yang mendukung suatu peristiwa.
b. Sebab-Sebab Kesalahan Dalam Penulisan Sejarah
1. keberpihakan terhadap suatu pihak atau kepercayaan
2. terlalu percaya kepada penutur tanpa dilakukan ta’dil dan tarjih
3. tidak sanggup memahami hakikat dari sebuah peristiwa (maksud sebenarnyadari sebuah informasi)
4. memutlakkan sebuah kebenaran
5. tidak mampu menempatkan sebuah peristiwa dalam hubungannya denganperistiwa-perostiwa yang sebenarnya
6. adanya latar belakang kepentingan
7. tidak memahami hukum-hukum, watak dan perubahan masyarakat
8. kesalahan dalam memahami sebuah berita/informasi
9. Menganalogikan secara mutlak masa lalu dengan masa kini.
BAB II
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah di atas dapat penulis simpulkan bahwa penulisan sejarah Islam Kelasik tidak lepas dari para tokoh Muslim pada zamannya seperti:
a. Al-Thabari yang mengagas metode sejarahnya yang berdasarkan kepada riwayat, sangat memperhatikan sanad, sistematika penulisan bersifat kronologi berdasarkan tahun, informasi yang umum, menyajikan teks-teks sastra, dan karyanya berupa kitab Tarikh al-Umam wa al-Muluk.
b. Al-Mas’udi Dalam penulisan sejarah dimasanya yang mayoritas menggunakan pendekatan tahun, justru al Mas’udi telah menggunakan pendekatan tematik. Tematemanya bertolak dari :bangsa-bangsa, raja-raja, dinasti-dinasti.Dalam pemaparan sejarah ia menyajikannya dengan sangat menarik, diramu dengan peristiwa-peristiwa politik, peperangan dan informasi tentang masyarakat dan adat istiadanya. Disamping pembahasan geografis yang bernilai tinggi.
c. Al-Biruni, Dalam penulisan sejarah, ia memulainya dengan :wawancara terhadap ahlul kitab, penganut sekte-sektenya dan orang-orang yangmemiliki pengetahuan tentang masalah yang diteliti, jawaban dari wawancara yang diadakan dijadikan sebagai dasar pertama, hasil wawancara dibandingkan antara satu dengan wawancara yang lain
d. Ibn Khaldun
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarawan dan sebab-sebab kesalahan dalam penulisan sejarah.
a. Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Seorang Sejarawan
1. memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip politik, watak segala yang ada, perbedaan bangsa-bangsa, tempat-tempat dan priode-priode dalam hubungannya dengan sistem kehidupan, nilai-nilai akhlak, kebiasaan, sekte-sekte, mazhab-mazhab, dan segala ihwal lainnya. Selanjutnya iapun perlu memiliki pengetahuan tentang situasi-situasi dan kondisi mendatang dalam semua aspeknya.
2. harus mampu mmbandingkan kesamaan dan perbedaan kini dengan masa lalu.
3. harus mampu mengetahui keadaan dan sejarah orangorang yang mendukung suatu peristiwa.
b. Sebab-Sebab Kesalahan Dalam Penulisan Sejarah
1. keberpihakan terhadap suatu pihak atau kepercayaan
2. terlalu percaya kepada penutur tanpa dilakukan ta’dil dan tarjih
3. tidak sanggup memahami hakikat dari sebuah peristiwa (maksud sebenarnyadari sebuah informasi)
4. memutlakkan sebuah kebenaran
5. tidak mampu menempatkan sebuah peristiwa dalam hubungannya denganperistiwa-perostiwa yang sebenarnya
6. adanya latar belakang kepentingan
7. tidak memahami hukum-hukum, watak dan perubahan masyarakat
8. kesalahan dalam memahami sebuah berita/informasi
9. Menganalogikan secara mutlak masa lalu dengan masa kini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dan Abdurrachman Surjomiharjo, 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arabdan Perspektif, Jakarta : PT Gramedia.
Zainuddin, A. Rahman, Kekuasaan dan Negara, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1992.
Yatim, Badri,1997. Historiografi Islam, Jakarta : Logos.
Umar, A. Mu’in, 1977. Pengantar Historiografi Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Ibnu Khaldun, 2000. Muqaddimah, Terj. Ahmadie Thoha, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Hasan Mu'arif Ambari, 1996. Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Al-Qaradhawi, Yusuf, 2005. Distorsi Sejarah Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
[1] Yatim, Badri, 1997. Historiografi Islam, (Jakarta : Logos), hlm, 113.
[2]Diantara karya-karyanya adalah : (1) Dzakhair Al Ulum Wa Ma Kana Fi Sair Ad Duhur, (2) Al Istidzkar Lima Marra Fi Salaf Al Amar, (3) Tarikh Fi Akhbar Al Umam Min Al Arab Wa Al Ajam, (4) Akhbar Al Zaman Wa Man Abadahu Al Hadsan Min Al Mam Al Madhiyah Wa Ajyal Al Haliyah Wa Al Mamalik Al Dairah. (5) Al Wasith (6) Muruj Az Zahab Wa Al Maadin (7) At Tanbih Wa Al Isyraf (8) Al Shofwah Fi Al Imamah (9) Al Istinshar, Dll
[3]Hasan Mu'arif Ambari, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), hlm. 47.
[4]Yatim, Badri, 1997. Historiografi Islam, Jakarta : Logos, hal. 130.
[5]Diantara karya-karyanya yang bisa dikategorikan sebagai buku sejarah adalah : (1) Al Atsar Al Baqiyah An Al Qurun Al Kholiyah (2) Tahqiq Maali Al Hind Min Maqulah Maqbulah Fi Al Aqli Al Ma’zulah.
[6]Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Terj. Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), hlm. 12.
[7]A. Rahman Zainuddin, Kekuasaan dan Negara, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1992 . hal. 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar